Selasa, 06 Maret 2012

Park Rok-ju


Seorang novelis terkenal bernama Kim Yu-jeong (김유정) suka menggambarkan perasaan bangsa Korea selama zaman pemerintahan kolonial Jepang. Karya-karyanya bersifat sederhana tapi menyindir. Terutama karya "Spring" dan "Bunga Kamelia" merupakan hasil karya yang mencerminkan sentimen bangsa Korea. Di antara berbagai karyanya, dalam sebuah novel yang berjudul "Katak," dia menceritakan pengalamannya sendiri tentang cinta monyetnya yang mencintai seorang penghibur wanita pada masa kuliah. Penghibur wanita yang dicintai oleh pengarang dalam novel itu adalah Park Rok-ju, seorang penyanyi Sori yang sangat terkenal pada masa itu.

Pada masa lalu, Gisaeng atau penghibur wanita diklasifikasikan sesuai dengan penampilan dan keterampilan seni yang dimilikinya. Mereka yang berwajah cantik biasanya disebut sebagai "Hwacho Gisaeng". Sementara itu, mereka yang memiliki ketrampilan artistik untuk menyanyi Sori dan menari disebut sebagai "Yegi" dan mereka diperlakukan secara khusus. Karena musisi master Park Rok-ju adalah seorang Yegi terkenal pada waktu itu, sehingga episode cinta Kim Yu-jeong terhadapnya cukup terkenal.

Park Rok-ju lahir di Seonsan, Provinsi Kyeongsang Utara pada tahun 1905. Suatu hari ayahnya yang telah menonton pertunjukan dari rombongan seni, Hyeopryulsa berkeinginan untuk membuat putrinya manjadi penyanyi Sori yang terbaik. Segera, dia membawa putrinya dengan usia 12 tahun kepada penyanyi Park Gi-hong yang tinggal jauh dan memasukkannya di dunia Sori. Park Gi-hong, guru Park Rok-ju memiliki suara keras dan berkuasa. Sebab pengaruh gurunya, Park Rok-ju sendiri juga sering dinilai memiliki suara keras dan kuat seperti laki-laki. Pada usia 18 tahun, Park Rok-ju mulai melakukan aktivitas di Seoul dan mempelajari Sori dari beberapa guru lain. Terutama, dia mempelajari sebuah Sori berjudul 'Jebinojeonggi' dari penyanyi master Kim Chang-hwan (김창환). Hal itu memiliki makna besar dalam bidang Sori.

Pada saat itu, Myeongchang atau penyanyi master Song Man-gap terkenal dengan Sori 'Heungboga,' sementara penyanyi master Kim Chang-hwan itu dianggap paling pintar menyanyi 'Jebinojeonggi' yang merupakan bagian dari Heungboga itu. Sebab itu, Park Rok-ju mendesak Kim Chang-hwan yang hampir tidak bernyanyi karena usia tua itu untuk mengajarinya Jebinojeonggi tersebut. Untungnya, hal itu menjadi kesempatan bagi beberapa penyanyi Sori untuk dapat mempelajarinya dari penyanyi Park Rok-ju.

Banyak seniman Korea yang aktif pada zaman penjajahan Jepang lalu berupaya memimpin kebudayaan tradisional Korea selama masa-masa sulit setelah Korea memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945. Di antara mereka, penyanyi master Park Rok-ju bersama dengan penyanyi perempuan lainnya, Kim So-hui dan Park Gwi-hui mengembangkan Gukgeuk perempuan dan meniupkan nafas kehidupan kepada ajang Sori.
Sementara itu, Park Rok-ju sering menolong banyak musisi klasik Korea yang sedang dalam keadaan sulit. Penyanyi Cho Sang-hyeon adalah salah seorang musisi yang mampu menunjukkan kemampuannya berkat bantuan Park Rok-ju ini.


Source : kbs world

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More